Tjokorda Raka Sukawati lahir di Ubud, Bali. Ia mendapatkan gelar insinyur dari Departemen Teknik Sipil ITB. Kemudian ia meniti karier pada PT Hutama Karya, salah satu pelaku jasa konstruksi utama di Indonesia, sampai akhirnya menjadi direktur di perusahaan tersebut. Sekitar tahun 1987, Tjokorda Raka terlibat dalam pekerjaan projek jalan layang yang memiliki panjang total sekira 16,5 km di Cawang, Jakarta. Dari sinilah penemuan teknologi LPBH Sosrobahu bermula.
Saat itu timbul kesulitan tentang cara meminimalkan efek negatif yang timbul dari pembangunan jalan layang pada kawasan-kawasan dengan arus lalu lintas sibuk serta pada kawasan yang memiliki banyak persimpangan. Muncul ide untuk membuat kepala tiang penyangga sejajar dengan ruas jalan kemudian diputar melintang di atas ruas jalan. Tapi bagaimana cara memutar beton? Pertanyaan itu kemudian menjadi obsesinya.
Suatu pagi beliau ingin memperbaiki mobilnya sendiri, karena garasi mobilnya miring pembantu Tjokorda Raka kemudian mengganjal ban belakang mobil. Tapi, rupanya hanya satu ban belakang yang diganjal selain itu ternyata rem tangan mobil juga lupa ditarik, sehingga saat Tjokorda Raka memompa dongkrak hidrolik untuk mengangkat roda depan mobil, tiba-tiba mobil menjadi berputar. Penyebabnya adalah lantai garasi yang licin dan hanya satu ban belakang yang diganjal. Timbul inspirasi dalam dirinya, sehingga pagi itu juga Tjokorda Raka urung memperbaiki mobil.
Ia mulai merancang alat yang dibayangkannya mampu memutar beton yang memiliki berat berton-ton. Ia mendatangi bengkel, melihat lift yang mampu mengangkat mobil menyerupai lift itu. Setelah dicoba diisi beban, lalu diangkat. Macet.
Ia kemudian meninggalkan inspirasi dari lift di bengkel mobil tersebut. Tjokorda Raka mencoba cara lain. Ia kemudian memadukan hukum gesekan untuk memutar beban dengan hukum Pascal untuk mengangkat beban lalu meminta seseorang membuatkannya model untuk diuji coba. Berhasil! Ketika diuji dengan beban berkekuatan 85 ton maupun 180 ton. Berhasil lagi. Ia berhasil membuat alat putar silinder yang mencengangkan teknologi konstruksi. "Saya menangis terharu, penuh rasa syukur," kenang Raka.
Karya teknik ini kemudian diterapkan pada pengerjaan projek jalan layang yang ditanganinya tersebut, tiang penyangga jalan yang sudah kering dan dibangun sejajar ruas jalan kemudian diputar 90 derajat melintang jalan. Caranya, sepasang piringan baja berdiameter 80 cm dipasang di bawah tiang penyangga, setelah tiang tersebut kering, didalamnya dipompakan automatic transmission fluid (ATF) atau oli pelumas sebanyak 78,05 kg/cm2. Dengan teknik tersebut tiang penyangga yang bobot kepalanya saja mencapai 480 ton dengan mudah dapat diputar. Dan jadilah jalan layang tol Cawang-Tanjung Priok itu flyover (jalan layang) pertama di dunia yang memakai teknik "pemutaran kepala tiang penyangga jalan layang".
Karya ciptaan Raka ini kemudian diresmikan Presiden Soeharto (presiden saat itu) dengan nama Sosrobahu. Bahkan presiden ikut memberi dukungan politis terhadap pematenan karya cipta ini.
Saat ini teknologi Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) Sosrobahu sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan adalah buah karya teknik ciptaan Tjokorda. Selain itu, masih ada 134 projek lain berteknologi LPBH Sosrobahu di Filipina serta 35 projek di Malaysia. Saat teknologi Sosrobahu diterapkan di Filipina. Presiden Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN." Teknologi LPBH Sosrobahu adalah sukses besar di bidang konstruksi yang ditorehkan putra Indonesia dan diakui dunia. (Lalu Hendra) --- Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 10 Maret 2005.
Saat itu timbul kesulitan tentang cara meminimalkan efek negatif yang timbul dari pembangunan jalan layang pada kawasan-kawasan dengan arus lalu lintas sibuk serta pada kawasan yang memiliki banyak persimpangan. Muncul ide untuk membuat kepala tiang penyangga sejajar dengan ruas jalan kemudian diputar melintang di atas ruas jalan. Tapi bagaimana cara memutar beton? Pertanyaan itu kemudian menjadi obsesinya.
Suatu pagi beliau ingin memperbaiki mobilnya sendiri, karena garasi mobilnya miring pembantu Tjokorda Raka kemudian mengganjal ban belakang mobil. Tapi, rupanya hanya satu ban belakang yang diganjal selain itu ternyata rem tangan mobil juga lupa ditarik, sehingga saat Tjokorda Raka memompa dongkrak hidrolik untuk mengangkat roda depan mobil, tiba-tiba mobil menjadi berputar. Penyebabnya adalah lantai garasi yang licin dan hanya satu ban belakang yang diganjal. Timbul inspirasi dalam dirinya, sehingga pagi itu juga Tjokorda Raka urung memperbaiki mobil.
Ia mulai merancang alat yang dibayangkannya mampu memutar beton yang memiliki berat berton-ton. Ia mendatangi bengkel, melihat lift yang mampu mengangkat mobil menyerupai lift itu. Setelah dicoba diisi beban, lalu diangkat. Macet.
Ia kemudian meninggalkan inspirasi dari lift di bengkel mobil tersebut. Tjokorda Raka mencoba cara lain. Ia kemudian memadukan hukum gesekan untuk memutar beban dengan hukum Pascal untuk mengangkat beban lalu meminta seseorang membuatkannya model untuk diuji coba. Berhasil! Ketika diuji dengan beban berkekuatan 85 ton maupun 180 ton. Berhasil lagi. Ia berhasil membuat alat putar silinder yang mencengangkan teknologi konstruksi. "Saya menangis terharu, penuh rasa syukur," kenang Raka.
Karya teknik ini kemudian diterapkan pada pengerjaan projek jalan layang yang ditanganinya tersebut, tiang penyangga jalan yang sudah kering dan dibangun sejajar ruas jalan kemudian diputar 90 derajat melintang jalan. Caranya, sepasang piringan baja berdiameter 80 cm dipasang di bawah tiang penyangga, setelah tiang tersebut kering, didalamnya dipompakan automatic transmission fluid (ATF) atau oli pelumas sebanyak 78,05 kg/cm2. Dengan teknik tersebut tiang penyangga yang bobot kepalanya saja mencapai 480 ton dengan mudah dapat diputar. Dan jadilah jalan layang tol Cawang-Tanjung Priok itu flyover (jalan layang) pertama di dunia yang memakai teknik "pemutaran kepala tiang penyangga jalan layang".
Karya ciptaan Raka ini kemudian diresmikan Presiden Soeharto (presiden saat itu) dengan nama Sosrobahu. Bahkan presiden ikut memberi dukungan politis terhadap pematenan karya cipta ini.
Saat ini teknologi Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) Sosrobahu sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan adalah buah karya teknik ciptaan Tjokorda. Selain itu, masih ada 134 projek lain berteknologi LPBH Sosrobahu di Filipina serta 35 projek di Malaysia. Saat teknologi Sosrobahu diterapkan di Filipina. Presiden Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN." Teknologi LPBH Sosrobahu adalah sukses besar di bidang konstruksi yang ditorehkan putra Indonesia dan diakui dunia. (Lalu Hendra) --- Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 10 Maret 2005.
0 komentar:
Posting Komentar